Sabtu, 28 April 2012

alzheimer


BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    PENGERTIAN
Alzheimer merupakan gangguan degeneratif korteks serebri, khususnya lobus frontalis, yang bertanggung jawab untuk lebih separuh jumlah keseluruhan kasus demensia. Meskipun terutama dijumpai pada populasi berusia lanjut, namun 1% hingga 10% kasus memiliki awitan pada usia pertengahan (Kowalak, 2011: 281).

Alzheimer merupakan proses degeneratif yang terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin  lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel itu atau  menggantikan (Kushariyadi, 2010: 49)

Penyakit alzhaimer kadang disebut sebagai demensia degenaratif primer atau demensia senil jenis alzhaimer merupakan penyakit neurologis degeneratif, progresif, irreversibel, yang muncul tiba-tiba ditandai dengan penurunan bertahapfungsi kognitif dan gangguan perilaku afek (Suzanne C. Smeltzer, dkk., 2002: 185).

Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. (Arif Muttaqin, 2008: 202)










B.     ANATOMI FISIOLOGI
                                  
       
Cara kerja otak:
Otak bekerja sama dengan organ tubuh kita lainnya sehingga tubuh kita bisa bekerja sesuai perintahnya. Otak dan Sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat, kedua sistem ini bekerja sama untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan tubuh. Saat anda berpikir keras cerebrum (hemisfer) berfungsi untuk mengingatnya, menganalisa, sehingga muncul ide-ide kreatif (hemisfer kanan). Untuk logika dan bicara di gunakan hemisfer kiri. Batang otak berfungsi untuk kebutuhan-kebutuhan dasar dari organ tubuh seperti mengatur denyut jantung, bernapas, sistem pencernaan, sirkulasi darah dan merasakan kapan kita terbangun maupun tertidur.

Anatomi otak manusia:
1.         Batang otak terletak di bagian bawah otak berfungsi untuk sistem kendali tubuh seperti bernapas, denyut jantung, tidur dan tekanan darah.
2.         Serebelum merupakan bagian kedua terbesar yang berfungsi untuk mengkoordinasi pergerakan otot dan mengontrol keseimbangan.
3.         Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang berfungsi untuk berpikir, berbicara, mengingat, menerima sensor dan pergerakan. serebrum di bagi atas empat bagian yang masing-masing mempunyai tugas khusus.
4.         Frontal lobe terletak di belakang kepala berfungsi untuk berpikir, belajar, emosi dan pergerakan.
5.         Occipital lobe berfungsi untuk memproses objek atau untuk penglihatan.
6.         Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan sensai pada tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
7.         Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya ingat.
8.         Left hemisphere (hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri berfungsi untuk berhitung, analisa dan bahasa.
9.         Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk menghailkan pikiran-pikiran k

C.    ETIOLOGI
1.         Neurokimia: Defisiensi neurotransmitter asetilkolin, somastotatin, substansi P dan norepinefrin.
2.         Lingkungan: Trauma kepala berulang, pajanan pada almuniun atau mangan.
3.         Genetik: Bentuk penyakit alzheimer yang autosom dominan berkaitan dengan awitan penyakit serta kematian yang dini dan faktor resiko yang terdapat dalam riwayat penyakit ini pada keluarga atau keberadaan sindrome down pada pasien.

D.    PATOFISIOLOGI
Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami kehilangan banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang difus dan di plak senilis (makin banyak plak senilis makin berat gejala-gejalnya). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari penyakit alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmiter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan dari asetitransferase (enzim yang mensintesis asetilkolin).
Mekanisme patofisiologis yang mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan ventrikel-ventrikel serebral.

E.     TANDA DAN GEJALA
1.         Kehilangan secara berangsur kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi (recent memory) atau yang sudah lama terjadi (remote memory) dan pandataran afek serta kepribadian.
2.         Kesulitan dalam mempelajari informasi yang baru.
3.         Kemunduran dalam perawatan kebersihan diri (hygiene).
4.         Ketidakmampuan berkonsentrasi.
5.         Peningkatan kesulitan dalam memahami hal-hal yang abstrak dan melakukan penilaian (judgement).
6.         Gangguan dalam berkomunikasi.
7.         Kemunduran yang parah pada kemampuan untuk mengingat, berbahasa, dan pada fungsi motorik.
8.         Kehilangan koordinasi.
9.         Ketidakmampuan menulis atau berbicara.
10.     Perubahan kepribadian, berjalan mondar-mandir tanpa tujuan.
11.     Sering terjaga pada malam hari.
12.     Kehilangan kontak mata dan wajah penuh rasa takut.
13.     Tanda-tanda kecemasan, seperti meremas-remas tangan.
14.     Kebingungan yang akut, agitasi, perilaku kompulsif atau ketakutan yang dikuasai rasa cemas.
15.     Disorentasi dan emosi yang labil.
16.     Kemunduran kemampuan fisik dan intelektual yang progresif.








F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.         Positron Emission Tomography (PET-Ct scan) memperlihatkan perubahan dalam metabolisme korteks serebri.
2.         Pemeriksaan CT scan (Computed Tomography)  memperlihatkan bukti ada atrofi otak yang dini dan melebihi atrofi, yang terjadi dalam proses penuaan normal.
3.         Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak menunjukan lesi sebagai penyebab demensia.
4.         EEG memperlihatkan perlambatan gelombang otak pada stadium lanjut penyakit tersebut.
5.         Pemeriksaan aliran darah serebral menunjukan kelainan pada aliran darah.

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS
1.         Pemberian obat obat vasodilator, seperti ergoloid mesilat, isoksuprin, siklandelat   untuk meningkatkan peredaran darah otak.
2.         Terapi oksigen hiperbarik untuk meningkatkan oksigenasi otak.
3.         Pemberian obat-obat psikostimulat, seperti metilfenidat untuk memperbaiki emosi pasien.
4.         Pemberian obat-obat antidepressan jika terdapat depresi yang menimbulkan eksaserbasi demensia.
5.         Pemberian takrin, yaitu obat antikolinegrik atau pemberian obat yang masih dalam eksperimen, seperti deanol.
6.         Pemberian garam-garam  kolin, lesitin, fisostigmin, atau obat eksperimen, seperti deanol, enkefalin, atau nalokson yang kemungkinan dapat memperlambat proses perjalanan penyakit ini.

H.    KOMPLIKASI
1.         Cedera yang terjadi sekunder karena perilaku yang agitatif atau karena pasien berjalan mondar mandir tanpa tujuan sehingga mudah mengalami kecelakaan.
2.         Pneumonia atau infeksi lain.
3.         Malnutrisi.
4.         Dehidrasi.
5.         Aspirasi.
6.         Kematian.

I.       ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT ALZHEIMER  
1.      Pengkajian
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer menurut Marilynn E. Doenges adalah:
a.       Aktifitas/istirahat
Gejala: merasa lelah.
Tanda: siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur, letargi dan gangguan keterampilan motorik.
b.      Sirkulasi
Gejala: riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik, hipertensi, episode emboli.
c.       Integritas ego
Gejala: curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kehilangan multiple.
Tanda: menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi labil.
d.      Eliminasi
Gejala: dorongan berkemih.
Tanda: Inkontinensia urine/feces.
e.       Makanan/cairan
Gejala: riwayat episode hipoglikemia, perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan.
Tanda: kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan, dan tampak semakin kurus.
f.       Higiene
Gejala: Perlu bantuan tergantung orang lain.
Tanda: kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi ke kamar mandi dan kurang berminat pada waktu makan.
g.      Neurosensori
Gejala: pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif, kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh dalam ruang tertentu) dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik serta aktifitas kejang.
Tanda: kerusakan komunikasi (afasia dan disfasia), bertanya berulang-ulang dengan substansi kata yang tidak memiliki arti.
h.      Kenyamanan
Gejala: adanya riwayat trauma kepala yang serius, trauma kecelakaan.
Tanda: ekimosis dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i.        Integritas sosial
Gejala: merasa kehilangan kekuatan.
Tanda: kehilangan kontrol social, perilaku tidak tepat.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Perubahan proses pikir (kognisi, persepsi, konfusi dan disorientasi yang berubah) yang berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia progresif.
b.      Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perilaku impulsif, kerusakan pertimbangan, kurang penglihatan dan disfungsi perilaku.
c.       Ansietas yang berhubungan dengan kehilangan kognitif dan penurunan dalam konsep diri.
d.      Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kehilangan kognitif.
e.       Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan konfusi, kehilangan kognitif dan perilaku disfungsi.
f.       Perubahan dalam proses keluarga yang berhubungan dengan perawatan anggota keluarga yang mengalami disfungsi.
g.      Kerusakan interaksi sosial yang berhubungan dengan kerusakan kognitif dan prilaku disfungsi.
h.      Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan kelam fikir dan ketidakseimbangan masukan/aktifitas.
i.        Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ansietas, kelam fikir, dan ketidakseimbangan aktifitas/istirahat (Suzanne C. Smeltzer, dkk., 2002: ).






3.      Intervensi Keperawatan
a.      Perubahan proses pikir (kognisi, persepsi, konfusi dan disorientasi yang berubah) yang berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia proresif.
Tujuan: memelihara fungsi kognitif yang optimal
Kriteria Hasil :
1.      Mampu  mengenali perubahan dalam berfikir/tingkah laku dan faktor-faktor penyebab jika memungkinkan
2.      Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak di inginkan ancaman dan kebingungan
Intervensi:
1.      Kurangi konfusi lingkungan
a.       Dekati pasien dengan cara yang menyenangkan dan kalem.
b.      Cobalah agar mudah ditebak dalam sikap dan percakapan anda.
c.       Jaga lingkungan tetap sederhana dan menyenangkan.
d.      Pertahankan jadwal sehari- hari yang teratur.
e.       Alat bantu mengingat sesuai yang diperlukan (daftar, catatan, label pada barang-barang, gambar, diagram ).
R/: Stimuli yang sederhana dan terbatas akan memfasilitasi interpretasi dan mengurangi distorsi input; perilaku yang dapat ditebak kurang mengancam dibanding perilaku yang tidak dapat ditebak; alat bantu ingatan akan membantu pasien untuk mengingat.
2.      Tingkatkan isyarat lingkungan.
a.       Perkenalkan diri anda ketika berinteraksi dengan pasien.
b.      Panggil pasien dengan menyebutkan namanya.
c.       Berikan isyarat lingkungan untuk orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang (gambar, foto, jam, kalender dengan penanda silang untuk hari yang telah dilewati, lorong dan pintu yang menggunakan kode warna).
d.      Berikan penunjuk waktu jam pasir jika bisa mengatakan waktu pada jam.
e.       Interprestasikan  stimulasi lingkungan sebagai bagian percakapan.
R/ : Isyarat lingkungan akan meningkatkan orientasi terhadap waktu, tempat, dan individu akan mengisi kesenjangan ingatan dan berfungsi sebagai pengingat; dengan meningkatnya kehilangan ingatan, akan ada baiknya memperkenalkan diri anda pada awal setiap interaksi dengan pasien.
b.      Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perilaku impulsif, kerusakan pertimbangan, kurang penglihatan, dan disfungsi perilaku.
Tujuan: Mempertahankan keselamatan fisik.
Kriteria Hasil:
1.      Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cedera
2.      Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3.      Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cedera
Intervensi:
1.      Kendalikan lingkungan
a.       Singkirkan bahaya yang tampak jelas.
b.      Kurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur.
1.      Gunakan hanya ketinggian setengah dari pagar tempat tidur.
2.      Jaga agar tempat tidur dalam posisi rendah.
3.      Gunakan pencahayaan malam hari.
4.      Siapkan lampu panggil dalam jangkuan.
c.       Pantau regimen medikasi.
d.      Ijinkan merokok hanya dengan pengawasan.
e.       Pantau suhu makanan
f.       Awasi semua aktivitas diluar rumah.
R/: Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan. Diluar rumah, segalanya harus diasumsikan sebagai bahaya.
2.      Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum.
a.       Berikan kebebasan dalam lingkungan yang “aman”
R/:  Hal ini akan memberikan pasien rasa onotomi.
b.      Hindari penggunaan restrein.
R/:  Restrein dapat meningkatkan agitasi.
c.       Ketika pasien melamun, alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
R/: Mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas. Pengalihan perhatian difasilitasi oleh kehilangan ingatan segera.
d.      Simpan tag identifikasi pada pasien.
R/: Nama dan nomor telepon akan memfasilitasi kembalinya dengan aman pasien yang sedang melamun.

c.       Ansietas yang berhubungan dengan kehilangan kognitif dan penurunan dalam konsep diri.
Tujuan: Mempertahankan tingkat fungsi psikologis yang optimal.
Kriteria Hasil:
1.      Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan.
2.      Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
Intervensi:
1.      Kurangi situasi yang mencetuskan ansietas dalam rutinitas sehari- hari.
a.       Jaga orientasi realitas yang tidak mengancam.
b.      Bersabarlah dengan kelupaan pasien
c.       Terima perilaku eksentrik yang tidak membahayakan.
R/: Perbaikan konstans akan meningkatkan ansietas dan dapat mengakibatkan agitasi yang berat, kemarahan, dan keadaan kombatif yang dikenal sebagai reaksi katasfrofik.
d.      Pertahankan rutinitas harian yang teratur.
e.       Jaga agar stimuli tetap sederhana
R/: Stimuli yang sederhana , terstruktur adalah yang termudah untuk diinterprestasikan.
f.       Alihkan ketimbang mengkonfrontasi perilaku yang tidak dapat diterima.
g.      Ketika pasien menunjukan sikap negatif dalam berinteraksi, tinggalkan  pasien dan kembali dalam waktu singkat.
R/: Sering cepat lupa dan terlibat dalam aktivitas yang baru.
h.      Hindari situasi yang membuat pasien marah di masa lalu.
i.        Tenangkan setelah reaksi katastropi.
j.        Jangan mencoba bernalar dengan pasien.
R/: Tidak mampu untuk melakukan berpikir abstrak
2.      Tingkatkan kualitas hidup.
a.       Berikan banyak kesempatan untuk kepuasan (musik, hewan peliharaan, berjalan, olahraga, hobi dimasa lalu, pekerjaan yang sederhana).
b.      Berikan kenyamaan dan keamanan.
R/: Tujuan ditegakan berdasarkan menit permenit. Pasien mempunyai kapasitas untuk menikmati dan mengalami kebahagian.
3.      Berikan dorongan tentang perasaan positif pada diri.
a.       Perlakukan pasien sebagai individu dengan perasaan.
b.      Secara terbuka diskusikan perasaan ansietas dan tawarkan dukungan.
c.       Berikan pujian dengan sesuai.
d.      Jangan perlakuan pasien seperti anak kecil dengan menggunakan gaya bicara seperti bayi atau istilah anak-anak.
e.       Bila keterampilan hilang, jangan mencoba untuk mempertahankannya.
R/: Penerimaan akan memberikan dukungan. Individu ini sedang dalam proses berduka terhadap banyak kehilangan; perlakuan seperti terhadap anak kecil akan meningkatkan ansietas. Penyimpangan proses kognitif membuat kehilangan keterampilan yang tidak dapat dihindari.


d.      Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kehilangan kognitif
Tujuan: Mencapai pertukaran ide-ide yang optimal antar pasien dan orang lain.
Kriteria Hasil:
1.      Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan pasien dapat dipenuhi
2.      Pasien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat
Intervensi:
1.      Menerapkan strategi untuk meningkatkan intrepretasi pasien tentang pesan.
a.       Tenang, menyenangkan, dan tidak tergesa-gesa.
b.      Jaga agar pesan verbal singkat dan sederhana.
c.       Hindari situasi yang membutuhkan pembuatan keputusan.
d.      Gunakan pesan nonverbal bersamaan dengan kata-kata.
e.       Konsistenlah dalam percakapan.
f.       Hindari kebisingan dan pengalihan perhatian yang berlebihan.
g.      Hindari isu-isu yang rumit.
R/: Pesan yang sederhana, singkat adalah yang termudah untuk diinterpretasikan.
h.      Tuliskan intruksi dan daftar yang sederhana.
R/: Mengubah metoda komunikasi sering memberikan hasil.
i.        Amati ekspresi pasien terhadap tanda yang dapat ia mengerti.
R/: Pendengar yang baik harus responsif terhadap umpan balik.
j.        Berbicaralah pada pasien bahkan bila ia hanya memberikan sedikit respons sekalipun.
R/: Respons pasien dapat tidak mencerminkan seberapa besar pengertiannya terhadap percakapan.
2.      Kembangkan strategi untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk mengekpresikan pesan.
R/: Hal ini akan memungkinkan pasien untuk mengekpresikan kebutuhan dan perasaannya. Perasaan isolasi dapat dikurangi.
a.       Pasok kata-kata yang dilupakan pasien bila memungkinkan.
b.      Perkirakan pesan yang disampaikan dan konfirmasi dengan pasien.
c.       Abaikan kesalahan.
R/: Mendengar aktif, menunjukan sikap membantu dapat meminimalkan  frustrasi ketika membutuhkan bantuan berkomunikasi.
d.      Sediakan waktu yang adekuat untuk percakapan.
e.       Berikan dorongan untuk menggunakan kalimat yang pendek, sederhana.
f.       Ajukan pertanyaan tertutup “ ya/ tidak”
R/: Sikap yang tidak terburu- buru akan meningkatkan komunikasi.
g.      Berikan metoda alternatif untuk berkomunikasi (menunjuk, menjabarkan, gambar-gambar).
R/: Metoda tertentu dapat lebih berhasil dari metode lainnya.
h.      Kenali frustasi yang dialami pasien.
R/: Menghargai frustasi pasien menunjukan penerimaan.

e.       Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan konfusi, kehilangan kognitif, dan perilaku disfungsi.
Tujuan: Mempertahankan kemandirian maksimum dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kriteria hasil:

Intervensi:
1.      Kembangkan strategi untuk memfasilitasi kinerja aktivitas sehari-hari.
a.       Berikan alat adaptif.
R/: Jadwal teratur, alat adaptif, dan tugas-tugas yang sederhana akan mengurangi kelam pikir, meningkatkan kemampuan untuk perawatan bagi dirinya dan menjamin keselamatan.
b.      Pertahankan jadwal harian yang teratur pada waktu yang tepat dengan klien.
R/: Jadwal teratur, alat adptif, dan tugas-tugas yang sederhana akan mengurangi kelam pikir, meningkatkan kemampuan untuk perawatan bagi dirinya dan menjamin keselamatan.
c.       Jaga agar lingkungan tetap menyenangkan dan sederhana.
R/: Jadwal teratur, alat adaptif, dan tugas-tugas yang sederhana akan mengurangi kelam pikir, meningkatkan kemampuan untuk perawatan bagi dirinya dan menjamin keselamatan.
d.      Jaga agar intruksi tetap sederhana dan bagi tugas-tugas menjadi bagian-bagian yang kecil.
R/: Jadwal teratur, alat adaptif, dan tugas-tugas yang sederhana akan mengurangi kelam pikir, meningkatkan kemampuan untuk perawatan bagi dirinya dan menjamin keselamatan.
e.       Pantau fungsi dari sistem tubuh.
R/: Pengawasan akan meningkatkan fungsi optimal dan mendeteksi masalah secara dini.
2.      Berikan perlindungan keselamatan spesifik ketika mandi
a.       Pantau suhu air bak mandi.
R/: Pasien tidak bisa diandalkan dalam menyesuaikan suhu bak mandi.        
b.      Dorong penggunaan alat keselamatan (mis, pegangan tangan, perlak karet).
R/: Perilaku impulsif meningkatkan risiko kecelakaan.
3.      Jaga otonomi dan martabat pasien ketika memberikan perawatan yang diperlukan.
a.       Dorong pasien untuk membuat pilihan (mis, pakaian, makanan, jadwal).
b.      Berikan privacy yang adekuat.
R/: Mendorong otonomi akan meningkatkan rasa kesejahteraan dan martabat.
4.      Berikan tindakan spesifik untuk mendorong kontinen.
a.       Berikan kemudahan akses ke kamar mandi. Jika diperlukan berikan pada pintu kamar mandi.
R/: Stimulasi visual dapat menguatkan pengenalan.
b.      Gunakan pakaian yang mudah dilepaskan.
R/: Hal ini memfasilitasi kontinen ketika harus menahan.
c.       Pelihara jadwal toileting (setiap 2 jam setelah makan).
d.      Dorong masukan cairan, serat, dan aktivitas yang adekuat untuk eliminasi usus yang teratur.
R/: Hal ini membantu untuk mempertahankan eliminasi normal.
e.       Rekomendasikan pembatasan cairan pada malam hari.
R/: Kelebihan cairan pada malam hari dapat mengganggu dengan aktivitas tidur rutin.

f.      Perubahan dalam proses keluarga yang berhubungan dengan perawatan anggota keluarga yang mengalami disfungsi .
Tujuan: Pencapain adaptasi dan keharmonisan keluarga
Kriteria hasil:

Intervensi:
1.         Lakukan dan tingkatkan pengetahuan keluarga mengenai penyakit.
a.       Ajarkan keluarga tentang penyakit Alzheimer.
R/: Jika keluarga memahami tentang penyakit, mereka akan dipersiapkan dengan lebih baik untuk menolong dan menyesuaikan gaya hidup mereka terhadap kebutuhannya.
2.         Kenali dampak emosional penyakit pada sistem keluarga.
R/: Penyakit ini memberikan efek yang besar pada keluarga. Mereka akan takut, frustasi, marah dan merasa bersalah merasa tidak bersalah dan tidak berdaya.
3.         Lakukan rujukan untuk mendapatkan bantuan komunitas.
a.       Bantu keluarga untuk lembaga komunitas untuk menerima semacam layanan dukungan seperti perawatan penghiburan, perawatan siang hari untuk orang dewasa, layanan kunjungan perawat, dan layanan pekerja sosial.
R/: Layanan perawatan komunitas akan memberikan perawatan penghiburan, saran-saran untuk pelakanaan dirumah, nasihat finansial, dan keperawatan. Mereka akan menolong keluarga menghadapi dan mengatasi krisis keluarga ini dengan cara terbaik yang memungkinkan.
b.      Beri dorongan keluarga untuk menghubungi asosiasi alzheimer dan ikut serta dalam kelompok swa-bantu.
R/: Kelompok pendukung akan menolong keluarga memahami dengan lebih baik cara orang lain mengatasi masalah yang serupa.

g.      Kerusakan  interaksi sosial yang berhubungan dengan kerusakan kognitif dan perilaku disfungsi.
Tujuan: peningkatan sosialisasi dan kepuasaan kebutuhan intim
Kriteria Hasil:
1.      Merasa percaya diri saat berinteraksi dengan masyarakat
2.      Merasa tidak malu saat beriteraksi dengan masyarakat
3.      Frekuensi interaksi pasien dengan masyarakat meningkat
Intervensi:
1.      Dorong aktivitas sosial keluarga dan teman-teman.
a.       Gunakan sentuhan untuk mempertahankan kontak dengan pasien.
R/: Stimulasi taktil adalah stimulasi yang termudah untuk diinterprestasi.
b.      Sentuh,peluk, dan tunjukkan afeksi
R/: Pasien terus membutuhkan cinta dan afeksi, berbagai perasaan dengan jujur dan terbuka bersama pasien.
c.       Beraksi secara objektif terhadap respons negatif.
   R/: interaksi positif akan dipertahankan dengan baik bila keluarga mengakibatkan hal-hal negatif yang dilakukan pasien.
d.      Terima pasien meski berinteraksi negatif.
e.       Batasi jumlah pengunjung hingga 1 atau 2 orang setiap kali
R/: Lebih sedikit pengunjung akan menolong mempertahankan stimuli sederhana dan menghindari reaksi katastrofik.
f.       Berikan teman hewan peliharaan jika memungkinkan dan sesuai.
R/: Hewan peliharaan memberikan penerimaan dicintai, kesempatan  untuk menyentuh, dan merupakan katalis untuk sosialisasi.
2.      Beri kesempatan untuk memenuhi kebutuhan intimasi dan ekspresi seksual.
a.          Beri dorongan mengekspresikan keintiman dan kasih sayang dari pasangan.
b.         Berikan dorongan  hubungan seksual dengan pasangan bila minat masih ada.
c.          Berikan privacy jika pasien melakukan mastrubasi atau memajankan diri.
R/: intimasi dan ekspresi seksual akan memberikan rasa kepuasan hati dan kepuasan pada pasien.

h.      Perubahan dalam nutrisi yang berhubungan dengan kelam pikir dan ketidakseimbangan masukan/akifitas.
Tujuan: Pemeliharaan tingkat nutrisi yang optimal
Kriteria Hasil:
1.      Menunjukkan BB stabil
2.      Tidak terjadi edema
3.      Membran mukosa lembab
Intervensi:
1.      Pantau masukan makanan dan amati kebiasaan makanan.
a.          Perhatikan penurunan dan peningkatan berat badan.
b.         Dorong masukan cairan yang adekuat.
c.          Berikan jadwal waktu makan yang teratur.
R/: pemberian semangat dan pengingatan untuk makan akan menolong pasien ini makan dengan adekuat dan teratur.
2.      Pertahankan lingkungan yang menyennagkan untuk makan.
a.          Berikan pasien kemandirian optimal .
R/: Biskuit bayi, alat adaptif, dan apron yang besar akan memfasilitasi kemandirian jika kurangnya koordinasi menganggu kemampuan pasien untuk menggunakan alat makan.
b.         Pertahankan lingkungan yang kalem dan menyenangkan.
R /: Jika waktu makan menyenangkan, dengan makanan kesukaan dan yang dikenal, pasien akan makan banyak dengan kenikmatan.
c.          Tawarkan pilihan menu.
d.         Tawarkan makanan yang sudah dikenal pasien.
3.      Tingkatkan perawatan mulut yang teratur.
a.          Dorong perawatan gusi dan gigi setiap sehabis makan.
b.         Dorong keikutsertakan pasien dalam perawatan.
R/: Gigi yang sehat dan gigi palsu yang terpasang dengan pas penting untuk mempertahankan kesehatan nutrisi.pengingatan dapat diperlukan jika pasien lupa.

i.        Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ansietas, kelam pikir, dan ketidakseimbangan aktivitas/istirahat.
Tujuan: Pemeliharaan keseimbangan tidur dan aktivitas
Kriteria Hasil:
1.         Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.
2.          Konjungtiva tidak anemis.
Intervensi:
1.         Kurang distraksi waktu malam.
a.       Identifikasi dan kurangi kebisingan dan ansietas.
b.      Hindari menganggu pasien selama malam untuk prosedur atau medikasi.
R/: Lingkungan yang tidak menstimuli akan menurunkan kelam pikir dan meminimalkan perilaku hiperaktif.
2.         Lakukan tindakan untuk meningkatkan keselamatan
a.      Berikan lampu malam hari.
b.      Hambat jalan ke arah pintu.
c.       Tempatkan pasien di area yang aman.
d.      Berikan pasien dengan gelang identifikasi.
R/: Hal ini akan meningkatkan keselamatan pasien jika ia melamun di malam hari .
3.         Tingkatkan kenyamanan jika terbangun waktu malam.
a.      Hindari penggunaan restrein.
b.      Berikan tindakan yang memberi kenyamanan ketika bangun pada malam hari (susu hangat, mandi, pijat punggung, musik yang lembut, mengayun, merawat hewan peliharaan).
R/: Lingkungan yang menyenangkan, tidak terbatas akan meningkatkan kembali tidur, meminimalkan ansietas, dan meningkatkan rasa kesejahteraan pasien.
4.         Rancang jadwal yang seimbang untuk aktivitas/tidur.
a.      Tingkatkan waktu terbangun di siang hari dan dorong untuk melakukan  istirahat ketimbang menyuruhnya tidur siang.
b.      Berikan dorongan untuk melakukan program olahraga dan aktivitas yang teratur.
R/: Aktivitas sehari-hari dan olahraga yang teratur mengurangi agitasi dan menghasilkan efek menenangkan.

4.   Implementasi Keperawatan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen, dan interdependen.
a.   Independen (mandiri)
Tindakan  keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lain.
b.   Dependen
Tindakan dependen  berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan  tersebut  menandakan  suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
c.   Interdependen
Interdependen merupakan tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang  memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga sosial.

5.   Evaluasi
Ada dua komponen untuk megevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu:
a.   Evaluasi Formatif (proses)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan evaluasi formatif dan dilakukan secara terus-menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b.   Evaluasi Sumatif (hasil)
Fokus evaluasi ini adalah perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir tindakan keperawatan pasien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. Juga merupakan penyakit dengan gangguan degenarif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita. Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di Negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah di hipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi herediter. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energy, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik
B.     Saran
Kita tahu otak merupakan organ yang sangat kompleks. Dimana di otak terdapat area-area yang mengatur fungsi tertentu. Untuk itu ada beberapa tips yang bisa diikuti bila ada anggota keluarga anda yang menderita penyakit Alzheimer, yaitu:
1.      Buat cacatan kecil, untuk membantu mengingat
2.      Ciptakan suasana yang menyenangkan
3.      Hindari memaksa pasien untuk mengingat sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan membuat pasien cemas
4.      Usahakan untuk berkomunikasi lebih sering
5.      Buatlah lingkungan yang aman
6.      Ajarkan pasien berjalan-jalan pada waktu siang hari
7.      Bergaya hidup sehat
8.      Mengkonsumsi sayur

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Kowalak, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer. Suzanne C dan Brenda. G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth edisi 8 vol 2. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2009.  Fisiologi Tubuh Manusia edisi 2.  Jakarta:  Salemba Medika.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar